Assalamualaikum...
Di sore itu, saat semburat oranye mulai nampak di ufuk Barat, ketika rasa letih mulai menghinggapi jiwa-jiwa yang sudah sibuk sehari penuh melaksanakan acara monoton, Aku menunggu datangnya malam. Malam yang sebagian orang menyebutnya "Malam Minggu", tetapi tak jarang pula yang menyebutnya dengan "Sabtu Malam", terlepas dari perbedaan penyebutan itu, Aku betul-betul menunggu hadirnya malam datang.
Jam dinding bundar rumahku menawarkan pukul lima lewat tiga puluh menit, itu tandanya setengah jam lagi waktu maghrib akan secepatnya tiba. Itu tandanya sebentar lagi Aku akan berjumpa dengan malam. Kuraih ponsel pintarku bikinan negeri ginseng tersebut yang terletak di meja komputer kawasan kerja bapakku. Kubuka aplikasi Whatsapp dan mencari sebuah kontak berjulukan "Afif", sebelumnya memang kami telah memiliki akad untuk pergi ke kafe di malam ini, tentu bersama dengan teman SMK yang yang lain.
Aku hendak menentukan bahwa ia bisa ikut malam ini, karena jikalau hingga Afif tidak ikut mungkin saja akan batal. Jujur saja, jikalau ada acara kumpul-kumpul bersama kawan lama di Sekolah Menengah kejuruan, Aku dan Afif lah yang menentukannya, kalau tidak niscaya tidak akan ada yang mau bergerak untuk merangkul yang yang lain.
Oke Aku menerima kabar manis, ternyata Afif mampu ikut. Dengan begitu, acara nongkrong malam nanti niscaya akan jadi, walau diriku pun yakin bahwa yang hadir hanya segelintir orang saja. Setelah menerima kabar bahwa Afif mampu, Aku mulai nge-chat grup kelasku di SMK, sekadar ingin bertanya dan memastikan semua orang yang mampu ikut malam ini. Dari obrolan via chat di grup tersebutlah Aku mengenali bahwa akan ada tiga orang lagi yang ikut, di tambah satu orang lagi sobat kelas yang memang tidak bergabung di grup akan ikut, jadi total ada empat orang yang akan ikut bersamaku dengan Afif ke kafe nanti. Dugaanku benar, yang ikut hanya segelintir saja dari total keseluruhan siswa di kelas sebanyak 32, namun tidak apa-apa niat silaturahmi harus tetap di jalankan.
Sang surya pun sekarang telah tepat berubah dengan rembulan, kokok ayam di siang hari sudah berubah dengan burung hantu yang kini sedang ber'uhu' ria, bunyi khasnya di setiap malam menjelang. Aku menunggu malam pukul delapan, alasannya adalah pada waktu itulah Aku akan segera berangkat ke rumah Afif untuk menanti sobat yang lain, rumah Afif memang sering dijadikan daerah berkumpul. Setelah datang waktunya, Aku segera berangkat kesana memakai motor matic kesayanganku, walau bahwasanya jarak antara rumahku dengan rumah Afif terbilang erat, Aku memakai motor sebab memang untuk pergi ke kafe nantinya (Aku sedang berargumentasi).
Sesampainya disana, lagi-lagi Aku menjadi orang pertama yang hingga, entah alasannya sahabat yang lain belum berangkat sama sekali atau sebab jarak rumahku yang terbilang sungguh erat itu. Sampai di rumah Afif pun Aku diberitahu oleh Bapaknya bahwa Afif gres saja bangkit, Afif bilang ia baru saja pulang kerja pukul empat sore tadi. Tapi untuk persoalan berkumpul dengan mitra, asal tidak ada acara lain, makhluk yang satu ini tidak akan pernah malas.
Sekitar pukul sembilan malam, temanku yang lain mulai tiba. Iqbal, Rengga, dan Fadel, mereka bertiga sudah datang semua meskipun dengan waktu tiba yang tidak serentak. Masih ada orang yang mesti kita tunggu, ialah Putra. Putra sempat menelepon Afif bahwa beliau ingin ikut nongkrong di bar malam ini dan Putra bilang ia telah berangkat menuju rumah Afif, jadinya kita semua masih menunggu kehadiran Putra.
Tak terasa telah satu jam lebih kami semua menunggu si Putra, tetapi orang yang ditunggu belum datang juga. Semua temanku termasuk Aku sudah mulai jenuh menunggunya. Kemudian Afif mempunyai ide untuk menelfon Putra via Whatsapp, namun bukannya diangkat justru Putra malah menolak panggilan dari Afif. Sudah bosan, ditambah penolakan yang diterima Afif dikala menelfon Putra menciptakan Aku dan temanku lainnya merasa geram dan kesal. "Sebenernya beliau mau ikut nggak sih?." Iqbal pun angkat bicara, "Yaudah ayo jalan duluan aja." Aku ikut menimpali dan disambut dengan anggukan kepala sobat yang yang lain. Pukul sepuluh melalui lima belas menit kami berlima pun berangkat menuju sebuah bar yang terdapat di kawasan Duta Harapan.
Sejujurnya Aku bukanlah orang yang suka pergi ke kafetaria, boleh dikatakan ini ialah kali kedua Aku pergi ke kafetaria. Tempat kafenya pun Aku yang menentukan, suatu kafetaria yang terletak di Duta lah yang menjadi pilihanku bareng teman-sobat. Karena disanalah kawasan Kekasihku melakukan pekerjaan . Meski tidak mampu dan mungkin tidak akan mampu menginap minggu dengannya, setidaknya di malam minggu ini Aku dapat melihatnya di bar tempat beliau bekerja.
Saat kami sampai, situasi di dalam maupun diluar bar tampakramai. Di dalam ramai akan pelanggan yang hadir, sedangkan diluar ramai akan motor para pelanggan yang sedang terparkir. Pada malam itu, di kafetaria sedang berjalan turnamen E-Sport (Electronic Sport), yaitu Mobile Legend game yang ditandingkan di bar tersebut. Iqbal, Rengga, dan Fadel tampakantusias, ya wajar saja mengingat mereka yakni pemain game moba tersebut.
Kemudian kami pun masuk ke kafetaria tersebut dan memilih kawasan duduk yang paling nyaman. Tidak lama setelah kami duduk, orang yang Aku tunggu pun tiba menghampiri untuk mencatat pesanan kami semua. Ya dialah Kekasihku. Tiga temanku nampak terkejut alasannya mereka gres tahu bahwa Kekasihku kerja disini, oh ya bantu-membantu Kekasihku juga merupakan teman mereka sebab dahulu di sekolah SMK kami semua satu kelas. Berbeda dari mereka, Afif tampakumumsaja, alasannya adalah sebelum hari ini Aku sudah pernah ke bar ini bareng Afif sebelumnya. Sepertinya Aku tidak akan menceritakan bagian itu di sini.
Kekasihku menyerahkan daftar hidangan yang tersedia di kafetaria tersebut, kami semua pun bersamaan membolak balik halaman buku menu. Sekian lama membolak-balik lembar buku hidangan, pilihan kami jatuh kepada nasi goreng telur dan teh elok sebagai minumannya, bantu-membantu ini kafetaria kopi tetapi tidak ada diantara kami yang memesan kopi malam itu, sungguh lucu bukan. Dan pada malam itu kami pun makan di temani dengan bunyi-bunyi bising menawan dari turnamen moba yang sedang berjalan. Kemudian Putra pun menghubungi Afif kembali, memintanya untuk mengirimkan lokasi kami berada ketika ini. Akhirnya Putra pun hingga, argumentasi beliau menolak panggilan Afif yakni alasannya ia sedang bermain Mobile Legend pada dikala itu, haduh -_-.
Malam semakin larut, jam di handphoneku sudah sempurna menampilkan angka nol semua. Kafe pun mulai sepi alasannya turnamen yang berlangsung berjam-jam sebelumnya telah tepat berakhir, hadirin kafetaria pun beranjak pergi kerumahnya masing-masing, mereka semua mendambakan pulau kapuk yang terdapat di dalamnya.
Aku dan sobat-temanku masih disini di tambah Kekasihku yang mulai bergabung bersama kami karena pekerjaannya sudah akhir. Layaknya anak muda kebanyakan, untuk menuntaskan konferensi di hari itu kami semua menyempatkan untuk berfoto bersama.
Aku hendak menentukan bahwa ia bisa ikut malam ini, karena jikalau hingga Afif tidak ikut mungkin saja akan batal. Jujur saja, jikalau ada acara kumpul-kumpul bersama kawan lama di Sekolah Menengah kejuruan, Aku dan Afif lah yang menentukannya, kalau tidak niscaya tidak akan ada yang mau bergerak untuk merangkul yang yang lain.
Oke Aku menerima kabar manis, ternyata Afif mampu ikut. Dengan begitu, acara nongkrong malam nanti niscaya akan jadi, walau diriku pun yakin bahwa yang hadir hanya segelintir orang saja. Setelah menerima kabar bahwa Afif mampu, Aku mulai nge-chat grup kelasku di SMK, sekadar ingin bertanya dan memastikan semua orang yang mampu ikut malam ini. Dari obrolan via chat di grup tersebutlah Aku mengenali bahwa akan ada tiga orang lagi yang ikut, di tambah satu orang lagi sobat kelas yang memang tidak bergabung di grup akan ikut, jadi total ada empat orang yang akan ikut bersamaku dengan Afif ke kafe nanti. Dugaanku benar, yang ikut hanya segelintir saja dari total keseluruhan siswa di kelas sebanyak 32, namun tidak apa-apa niat silaturahmi harus tetap di jalankan.
Sang surya pun sekarang telah tepat berubah dengan rembulan, kokok ayam di siang hari sudah berubah dengan burung hantu yang kini sedang ber'uhu' ria, bunyi khasnya di setiap malam menjelang. Aku menunggu malam pukul delapan, alasannya adalah pada waktu itulah Aku akan segera berangkat ke rumah Afif untuk menanti sobat yang lain, rumah Afif memang sering dijadikan daerah berkumpul. Setelah datang waktunya, Aku segera berangkat kesana memakai motor matic kesayanganku, walau bahwasanya jarak antara rumahku dengan rumah Afif terbilang erat, Aku memakai motor sebab memang untuk pergi ke kafe nantinya (Aku sedang berargumentasi).
Sesampainya disana, lagi-lagi Aku menjadi orang pertama yang hingga, entah alasannya sahabat yang lain belum berangkat sama sekali atau sebab jarak rumahku yang terbilang sungguh erat itu. Sampai di rumah Afif pun Aku diberitahu oleh Bapaknya bahwa Afif gres saja bangkit, Afif bilang ia baru saja pulang kerja pukul empat sore tadi. Tapi untuk persoalan berkumpul dengan mitra, asal tidak ada acara lain, makhluk yang satu ini tidak akan pernah malas.
Sekitar pukul sembilan malam, temanku yang lain mulai tiba. Iqbal, Rengga, dan Fadel, mereka bertiga sudah datang semua meskipun dengan waktu tiba yang tidak serentak. Masih ada orang yang mesti kita tunggu, ialah Putra. Putra sempat menelepon Afif bahwa beliau ingin ikut nongkrong di bar malam ini dan Putra bilang ia telah berangkat menuju rumah Afif, jadinya kita semua masih menunggu kehadiran Putra.
Tak terasa telah satu jam lebih kami semua menunggu si Putra, tetapi orang yang ditunggu belum datang juga. Semua temanku termasuk Aku sudah mulai jenuh menunggunya. Kemudian Afif mempunyai ide untuk menelfon Putra via Whatsapp, namun bukannya diangkat justru Putra malah menolak panggilan dari Afif. Sudah bosan, ditambah penolakan yang diterima Afif dikala menelfon Putra menciptakan Aku dan temanku lainnya merasa geram dan kesal. "Sebenernya beliau mau ikut nggak sih?." Iqbal pun angkat bicara, "Yaudah ayo jalan duluan aja." Aku ikut menimpali dan disambut dengan anggukan kepala sobat yang yang lain. Pukul sepuluh melalui lima belas menit kami berlima pun berangkat menuju sebuah bar yang terdapat di kawasan Duta Harapan.
Sejujurnya Aku bukanlah orang yang suka pergi ke kafetaria, boleh dikatakan ini ialah kali kedua Aku pergi ke kafetaria. Tempat kafenya pun Aku yang menentukan, suatu kafetaria yang terletak di Duta lah yang menjadi pilihanku bareng teman-sobat. Karena disanalah kawasan Kekasihku melakukan pekerjaan . Meski tidak mampu dan mungkin tidak akan mampu menginap minggu dengannya, setidaknya di malam minggu ini Aku dapat melihatnya di bar tempat beliau bekerja.
Saat kami sampai, situasi di dalam maupun diluar bar tampakramai. Di dalam ramai akan pelanggan yang hadir, sedangkan diluar ramai akan motor para pelanggan yang sedang terparkir. Pada malam itu, di kafetaria sedang berjalan turnamen E-Sport (Electronic Sport), yaitu Mobile Legend game yang ditandingkan di bar tersebut. Iqbal, Rengga, dan Fadel tampakantusias, ya wajar saja mengingat mereka yakni pemain game moba tersebut.
Kemudian kami pun masuk ke kafetaria tersebut dan memilih kawasan duduk yang paling nyaman. Tidak lama setelah kami duduk, orang yang Aku tunggu pun tiba menghampiri untuk mencatat pesanan kami semua. Ya dialah Kekasihku. Tiga temanku nampak terkejut alasannya mereka gres tahu bahwa Kekasihku kerja disini, oh ya bantu-membantu Kekasihku juga merupakan teman mereka sebab dahulu di sekolah SMK kami semua satu kelas. Berbeda dari mereka, Afif tampakumumsaja, alasannya adalah sebelum hari ini Aku sudah pernah ke bar ini bareng Afif sebelumnya. Sepertinya Aku tidak akan menceritakan bagian itu di sini.
Kekasihku menyerahkan daftar hidangan yang tersedia di kafetaria tersebut, kami semua pun bersamaan membolak balik halaman buku menu. Sekian lama membolak-balik lembar buku hidangan, pilihan kami jatuh kepada nasi goreng telur dan teh elok sebagai minumannya, bantu-membantu ini kafetaria kopi tetapi tidak ada diantara kami yang memesan kopi malam itu, sungguh lucu bukan. Dan pada malam itu kami pun makan di temani dengan bunyi-bunyi bising menawan dari turnamen moba yang sedang berjalan. Kemudian Putra pun menghubungi Afif kembali, memintanya untuk mengirimkan lokasi kami berada ketika ini. Akhirnya Putra pun hingga, argumentasi beliau menolak panggilan Afif yakni alasannya ia sedang bermain Mobile Legend pada dikala itu, haduh -_-.
Malam semakin larut, jam di handphoneku sudah sempurna menampilkan angka nol semua. Kafe pun mulai sepi alasannya turnamen yang berlangsung berjam-jam sebelumnya telah tepat berakhir, hadirin kafetaria pun beranjak pergi kerumahnya masing-masing, mereka semua mendambakan pulau kapuk yang terdapat di dalamnya.
Aku dan sobat-temanku masih disini di tambah Kekasihku yang mulai bergabung bersama kami karena pekerjaannya sudah akhir. Layaknya anak muda kebanyakan, untuk menuntaskan konferensi di hari itu kami semua menyempatkan untuk berfoto bersama.
Awalnya kami berfoto berempat saja, namun sepertinya aktivitas ini secepatnya menular ke yang lainnya.
![]() |
Silahkan di tebak-tebak saja saya yang mana. |
Foto diatas diambil oleh Kekasihku, padahal ia baru saja final dari pekerjaannya, tetapi Aku dan sobat-teman eksklusif memerintahkan ia untuk memfoto kami.
Setelah berfoto ria, kami semua pun pulang dengan deretan, Afif dengan Iqbal, Rengga dengan Fadel, Aku dengan Kekasihku, dan Putra sendiri. Sebelum pulang kerumah, Aku mengirim Kekasihku apalagi dulu, dan itu yang memang kuharapkan sejak awal. Aku mengajak mereka ke kafetaria tersebut supaya saya mampu menunggu Kekasihku pulang dan menjemputnya.
Malam itu sangat berkesan bagiku, tidaklah gampang untuk kami mampu berkumpul bareng lagi mirip di malam itu. Setelah sekian lama tidak bertemu, terakhir bertemu secara lengkap satu kelas jikalau tidak salah pas program bukber (buka puasa bersama) di Ramadhan tahun ini. Malam ini walau hanya sedikit namun kami mampu berjumpa lagi. Salam dariku yang selalu berharap dapat berjumpa dengan kalian semua secara utuh, ku titipkan salam rindu terhadap mereka yang sudah bertemu denganku di malam ahad itu, di suatu kafe di Duta Harapan.
Wassalamualaikum...
Comments
Post a Comment